Kamis, 26 Juli 2018

Problema Penyelesaian Kiprah Tamat Studi

Penyelesaian tugas akhir studi menyerupai penyusunan Tesis atau Disertasi ialah proses penentu keberhasilan studi. Di luar urusan finansial, Kandidat Magister atau Promovendus Doktor niscaya menginginkan proses penyelesaian kiprah simpulan studi yang sempurna waktu dan mencapai nilai  yang terbaik. Namun harapan ini agaknya susah dicapai jikalau tidak didasarkan pada suatu persiapan dan kesiapan yang optimal. Pemikiran ini merujuk pada realitas bahwa banyak Kandidat yang mengalami masalah, hambatan, atau hambatan yang mengakibatkan penyelesaian kiprah simpulan studi menjadi berlarut-larut. Bahkan tidak sedikit Kandidat atau Promovendus yang droup out atau tidak bisa menuntaskan kiprah simpulan studi.  Karena itu perlu persiapan dan kesiapan yang optimal untuk menuntaskan tugas akhir studi. Dan salah satu persiapan dan kesiapan yang dimaksud itu yakni dengan memahami aneka macam problema penyelesaian kiprah simpulan studi.

Dari pengalaman  mendampingi lebih dari 500 Magister dan  Doktor dari FISIP, FH, FE dan FKIP sejumlah  perguruan tinggi di dalam dan luar negeri, selama lebih dari tujuh tahun mencicipi suka dan  resah  mendampingi Kandidat, perlu mengungkap serangkaian problema penyelesaian kiprah simpulan studi. Problema itu  antara lain :

Problema Internal Kandidat atau Promovendus. Problema internal antara lain terungkap dari enggan membaca,  motivasi mencar ilmu yang lemah, nggak pede,  atau mungkin beban rasa kecewa yang mendalam terhadap sikap otoritas yang ”over acting”. Ada juga problema  yang  muncul dari alasan-alasan menyerupai kesibukan, keterbatasan waktu, atau jarak tempuh yang jauh. Problema menyerupai ini menghambat acara dan intensitas penyelesaian kiprah simpulan studi. Mengacu pada problema menyerupai ini, sebaiknya Kandidat atau Promovendus bersikap  : ”Kalau problem bisa dipergampang -  mengapa dipersusah!”. (Kalau begitcu, ya dibentuk enjoy ajah, coy ! )

Problema eksternal Kandidat atau Promovendus. Sekurang-kurangnya terdapat tiga nuansa problema eksternal Kandidat atay Promovendus dalam proses penyelesaian kiprah simpulan studi. Ketiga problema itu yakni problema prosedural, problema situasional dan problema operasional.

Problema prosedural terkait dengan  prosedur, ketentuan dan gaya penyelesaian kiprah simpulan studi pada masing-masing program. Problema ini antara lain muncul dari ”arogansi kebebasan akademik” yang konon tidak bisa diprotes; standar penulisan  yang kurang jelas, atau tidak sama-beda meskipun dalam acara yang sama;  mekanisme dan tahap-tahap penyelesaian kiprah simpulan studi yang sengaja ”dipersusah” biar terkesan ”wuah”. Sebagai misal, ada acara yang ”ngotot” menerapkan kebijakan penyelesaian kiprah simpulan studi yang mencakup tahap Seminar Kolikium, tahap Seminar Hasil dan tahap Sidang Tesis. Padahal idealnya spesialuntuk terdiri dua tahap yang menentukan, yakni tahap Seminar Proposal Penelitian dan tahap Sidang Tesis atau Sidang Disertasi. Tahap Seminar Proposal Penelitian diadakan untuk mematangkan konsep penelitian yang diajukan Kandidat atay Promovendus sehingga layak dilanjutkan ke dalam acara penelitian. Tahap Sidang Tesis atau Sidang Disertasi diadakan untuk melaporkan hasil penelitian; untuk   menguji hasil penelitian, dan sekaligus  menentukan juga tingkat kebehasilan penelitian untuk memperoleh nilai kelulusan. Dalam konteks ini, bisa ditetapkan bahwa bobot atau kualitas penyelesaian kiprah simpulan studi Kandidat itu bukan ditentukan oleh mekanisme yang berbelit-belit dan menyulitkan; tetapi ditentukan oleh kompetensi dan kinerja para pemegang otoritas yang berperan membimbing atau menguji, dan ditentukan juga dengan standar penulisan ilmiah yang terang dan sistematik. Dan bersama-sama standar penulisan ilmiah yang terang dan sistemtik itu sanggup distandarkan menurut  masing-masing disiplin ilmu. (Abis kudu gimgua lagi mbah, kita nggak boleh protes, kite-kite orang kan cuma wajib ngikutin maunye dia-dia orang! – Sabar, meng. Jadilah orang yang pintar memahami  orang lain)

Problema situasional yakni situasi atau nuansa yang muncul dari sikap angkuh individu pemegang otoritas; keterbatasan kompetensi pemegang otoritas;  keharusan mengikuti  gaya dan selera para pemegang otoritas yang tidak sama-beda; dan gaya koreksi yang bertele-tele atau mengada-ada. Dalam konteks ini, ada catatan pengalaman yang layak direnungi : Seorang Doktor yang gres lulus saat ditanya oleh seseorang bagaima kiat ia bisa cepat lulus,  ia menjawaban: ”tiga puluh persen kaidah ilmu – tujuh puluh persen pendekatan!”  Artinya, yang harus dipelajari, dimengerti  dan diatasi oleh Kandidat atau Promovendus yakni karakteristik individu pemegang otoritas dan keharusan mengikuti  kemauan para pemegang otoritas yang tidak sama-beda, bahkan ada yang saling berperihalan. Hal ini mungkin tidak akan terjadi jikalau masing-masing pemegang otoritas mempunyai tingkat kesadaran dan kemampuan profesional yang tinggi dan sama-sama berpedoman pada standar penulisan ilmiah yang sama, terang dan sistematik. Sekali lagi, bahwa  bersama-sama standar penulisan ilmiah yang terang dan sistemtik itu sanggup distandarkan menurut  masing-masing disiplin ilmu, dan sebaiknya tidak ada pemasungan gagasan intelektual untuk berbagi konsep keilmuan. Dalam konteks ini bisa ditetapkan bahwa  kelancaran penyelesaian kiprah simpulan studi Kandidat lebih banyak ditentukan oleh gaya dan selera para pemegang otoritas yang tidak sama-beda; bukan ditentukan oleh bobot kelimuan yang dijadikan konsumsi pembelajaran.(Duuuh gusti, neng mah kudu kumaha duei uey, mbah!- Sabar neng, sabar,  yaaa dianggap saja tiruana itu seni memperoleh gelar akademik)

Problema operasional yakni problema yang muncul dari pemilihan judul penelitian atau konsep penelitian yang menjadikan aneka macam masalah dan hambatan teknis operasional penelitian. Problema ini timbul terutama pada Kandidat yang melakukan kiprah mencar ilmu di Kota atau Negara tertentu. Masalah atau hambatan teknis yang dimaksud  antara lain susah mengakses data, jarak lokasi penelitian yang jauh, susah mencari teori untuk penyusunan konsep penelitian. Mengacu pada ketiga problema tersebut, sebaiknya Kandidat  atau Promovendus bersikap pintar dalam menyikapi sikap otoritas, pintar berbagi kiat-kiat pendekatan, serta tidak menentukan judul dan lokasi penelitian yang menyulitkan. (Mendapat gelar itu penting, penting sekali; tapi mbok yauw menjadi  orang yang rendah hati, pintar dan pandai  itu juga penting,  lho!)

"Guru sejati yakni guru yang membimbing dan melayani
Murid sejati yakni anakdidik yang mencar ilmu dan rendah hati"

0 komentar

Posting Komentar